Belajar di Australia

Feb 8th, 2008, in Id, by

Pelajar Indonesia di Australia sering mengalami kesulitan.

Sebuah laporan dari universitas Monash dan Melbourne menyatakan bahwa pelajar Asia yang menuntut ilmu di luar negeri, dalam kasus ini di universitas-universitas Australia, menderita kadar isolasi dan kesepian yang sangat tinggi.

Dua ratus pelajar dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Cina dan India dijajaki pendapatnya dengan hasil 67% wanita dan 62% laki-laki mengatakan mereka sering bingung di Australia dan sulit berteman dengan murid-murid lokal Australia.

Pelajar Singapura yang 100% mengatakan merasa “lost in a jungle” (hilang di hutan) dan “in a very strange place” (berada di tempat yang sangat aneh).

Laporan tersebut juga membuang mitos yang menggambarkan pelajar Asia dengan mobil mahal dan berkehidupan mewah, disebutnya:

…banyak pelajar mancanegara tidak mampu makan, 60% dibayar kurang dari batas gaji minimum yang legal, dan mereka adalah yang paling rawan akan eksploitasi… …karena kurangnya kemampuan berbahasa Inggris dan ketidakpedulian akan hak-hak bekerja.

Para pencipta laporan tersebut mencerca universitas-universitas Australia yang telah memperlakukan pelajar asing seperti “cash cows” (sapi perahan).

Sekitar sepertiga dari pelajar asing dilaporkan memiliki kurang dari separuh uang yang diperlukan untuk menutup ongkos kehidupan dasar.

Artikel ini diterjemahkan oleh Hannah Mulders dari versi bahasa Inggris – Study in Australia.


21 Comments on “Belajar di Australia”

  1. dian says:

    Assalamualaikum Wr.Wb…

    Hi…Jumpa lagi tagi ga di kereta…Ada artikel ttg Study di Australi, what do you think?…
    Salam kenal ya dariku…

    Warm Regards,
    Dian

    Pelajar Indonesia di Australia sering mengalami kesulitan.

    Sebuah laporan dari universitas Monash dan Melbourne menyatakan bahwa pelajar Asia yang menuntut ilmu di luar negeri, dalam kasus ini di universitas-universitas Australia, menderita kadar isolasi dan kesepian yang sangat tinggi.

    Dua ratus pelajar dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Cina dan India dijajaki pendapatnya dengan hasil 67% wanita dan 62% laki-laki mengatakan mereka sering bingung di Australia dan sulit berteman dengan murid-murid lokal Australia.

    Pelajar Singapura yang 100% mengatakan merasa “lost in a jungle” (hilang di hutan) dan “in a very strange place” (berada di tempat yang sangat aneh).

    Laporan tersebut juga membuang mitos yang menggambarkan pelajar Asia dengan mobil mahal dan berkehidupan mewah, disebutnya:

    “¦banyak pelajar mancanegara tidak mampu makan, 60% dibayar kurang dari batas gaji minimum yang legal, dan mereka adalah yang paling rawan akan eksploitasi”¦ “¦karena kurangnya kemampuan berbahasa Inggris dan ketidakpedulian akan hak-hak bekerja.

    Para pencipta laporan tersebut mencerca universitas-universitas Australia yang telah memperlakukan pelajar asing seperti “cash cows” (sapi perahan).

    Sekitar sepertiga dari pelajar asing dilaporkan memiliki kurang dari separuh uang yang diperlukan untuk menutup ongkos kehidupan dasar.

  2. D Suhendar says:

    hai.
    Sangat prihatin dengan apa yang diberitakan.
    “bukankah kita mempunyai suatu ikatan atau perkumpulan dimanapun kita berada,
    masa iya bila kita mau bergaul, bergabung..berkumpul , something doing’ ‘kita merasa ditinggalkan atau di jauhi…kayanya mahasiswa kita disana harus banyak buat suatu gebrakan…buat dong 100 thn kebangkitan nasional sebagai ide awalnya…buat silaturahmi kebersamaan, buat mereka tercengang dengan kebersamaaan orang asia khususnya bangsa indonesia…MERDEKA!!!!!!!

  3. yudi says:

    Tuh…benerkan?? tau gak kalo di negeri impian kita ini, banyak mulut2 manis “agen pendidikan” yang bilang” kamu akan dapat uang banyak,dan sertifikat internasional” padahal cuma impian aja kan?? liat apa isi dari otak mereka?? kejujuran hanya dalam uang..

  4. widya says:

    Semuanya itu tergantung ke masing-masing individu kan. Temenku beneran ada kok yang berpenghasilan AU$60,000/tahun, yang langsung dapat kerja setelah lulus. Ada beberapa temenku yang gitu, ga cuma 1.

    Dan aku sendiri ngerasain kok, kalau punya overseas degree itu bikin gampang cari kerjanya di Indo.

    Tapi aku akuin, lebih comfy temenan ma orang indo daripada org bule. Lebih enak aja ngomongnya.

  5. yudi says:

    kalo bener gitu..tolong kasih info yang sejujurnya tentang keadaan studi di oz donk…coz artikel tentang itu sangat jarang..n ghak komplit..biar kita semua paham n berbondong2 migrasi ke oz..tul gak ?? jangan seperti di indo..tega makan daging bangsa sendiri..tinggalan kolonial netherland..btw..apa mbak n mas smua studi di oz juga??kalo aku sih lagi wacana untuk rencana ke perth

  6. Yandra says:

    Halo semua..
    Saya kok agak bingung saat membaca artikel “Pelajar Indonesia di Australia sering mengalami kesulitan”. Masalah apa yang sebenarnya mau ditonjolkan disini? Saya kok gak bisa mengambil benang merah (atau putihnya) ya..

    Coba kita pilah satu-satu dulu… Masalah pertama:

    1) Sulit berteman dengan murid-murid lokal Australia.
    Apa karena murid Asianya yang tidak bisa bergaul dengan murid Australia, atau murid Australianya yang tidak mau bergaul dengan murid Asianya. Lalu kalau kita bertanya lebih lanjut lagi, masalah pergaulan itu merupakan masalah yang universal dan bukan hal baru. Kalau seseorang tidak bisa menemukan jalan keluar dari masalah pergaulannya, ya berarti orang itu sendiri yang tidak bisa bergaul kan? Jangankan dengan orang Australia, banyak student Indonesia yang merasa tidak sreg begaul di kalangan PPI (Persatuan Pelajar Indonesia). PPI ini ada disetiap negara lho, bahkan kota. Agent pendidikan tidak bisa memberikan konseling tentang cara bergaul yang baik, itu harus dari diri sendiri.
    Kita lupain ya komentar pelajar Singapura yang “lost in th jungle” ya, lagipula jawabannya juga sama. Mungkin dia juga akan lost in the jungle kalau di Indonesia.

    2)”banyak pelajar mancanegara tidak mampu makan, 60% dibayar kurang dari batas gaji minimum yang legal, dan mereka adalah yang paling rawan akan eksploitasi karena kurangnya kemampuan berbahasa Inggris dan ketidakpedulian akan hak-hak bekerja”

    Memang menjadi masalah kalau student sampai tidak bisa makan. Lalu kemudian dikaitkan dengan gaji yang tidak layak. Mari coba kita pikirkan lagi dan kita kembali dulu kepada fitrah dan motivasi utama para murid itu berada di Australia.. YANG PERTAMA dan SANGAT MENDASAR adalah tujuan mereka ke Australia adalah untuk menjadi FULL FEE PAYING STUDENT. Visa mereka adalah STUDENT VISA. Salah satu syarat untuk mendapatkan student visa dari pemerintah Australia adalah bukti bahwa sang STUDENT memiliki dana yang cukup untuk menjamin kehidupannya selama di Australia, entah itu tabungannya sendiri atau dukungan dari keluarganya.

    Mengenai gaji yang tidak layak, Nampaknya artikel ini terlalu cepat LONCAT ke kondisi kerja bagi para student tersebut pada saat melakukan part-time job. Pembayaran gaji di Australia cukup adil.. asalkan sang pelaku kerja mengikuti peraturan yang berlaku. Salah satunya adalah keharusan masing-masing pekerja (baik orang Australia maupun orang asing termasuk student Indonesia yang kerja paruh waktu) untuk memiliki TAX FILE NUMBER (NPWP Australia). Kalau anda tidak memiliki TFN, maka anda menempatkan diri anda pada posisi yang rentan, baik dimata pemberi kerja yang tau bahwa anda tidak terlindungi oleh hukum Australia karena anda sudah melanggar hukum itu sendiri, dan kedua rentan terhadap tindakan hukum dari pemerintah Australia sendiri.

    Tapi kemudian, apakah para student dianjurkan untuk mengandalkan pendapatan gaji kerja part-timenya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya? Jawabnya TIDAK! Kenapa? Karena sang student berada di Australia untuk belajar. Kalau mau kerja yang bener, lulus dulu, baru cari kerjaan yang beneran. Tunjangan kesejahteraan para student harus dipersiapkan sendiri sebelum datang ke Australia. Kalau tidak sanggup secara financial, cari bea siswa. Kalau gak dapet bea siswa, sebaiknya dipikirkan lagi rencana ke Australia (atau ke negara lainnya di dunia).

    Lagipula, jumlah maksimum jam kerja yang diperbolehkan bagi student asing di Australia adalah 20 jam seminggu. Biasanya dulu kami bekerja hanya 10 jam seminggu. Alasannya karena memang pekerja paruh waktu tergantung ROSTER (jadwal) yang diberikan employer, dan memang karena beban studinya cukup banyak. Kerja paruh waktu adalah untuk menambah pengalaman dan uang saku.

    Jadi persoalan menjadikan student Indonesia sebagai “sapi perahan” (atau perahan sapi?) oleh universitas australia itu dasarnya dimana…..? Ini masalah persiapan para student sebelum berangkat kan?

    Bener gak sih pandangan saya… atau saya kelewat sesuatu dari artikel itu?

  7. dwi rudi says:

    Aku juga heran dengan artikel diatas.kok sepertinya nakuitn banget buat pelajar indonesia yg mau ke ausi.
    kalo yg namanya belajar ya belajar, kok hubungannya sama gaji????memang pelajar di ausi dibolehin kerja sambilan tapi hanya maksimal 20 jam seminggu.ya ….kalau dihitung2, pastilah nggak terlalu banyak.tapi insya allah kalau hanya untuk makan cukuplah….Kalau soal pergaulan, itu tergantung orangnya sendiri.
    Saya pernah ke Darwin selama 3 bulan, pertengahan tahun kemarin.fine2 aja, malah saya sekarang berniat untuk studi disana.
    Jadi..yg memang berniat untuk studi disana, jangan terlalu takut jika membaca artikel diatas.semua itu tergantung pada kita-nya sendiri.dan juga kalau mau studi usahakan uang cukup untuk studi dan tempat tinggal, kalau untuk makan, kerja sambilan bisa kok nutupin semuanya.

  8. Yandra says:

    Wah Mas, bagus tuh kalau milih untuk studi di Darwin.. Selain university-nya bermutu (Charles Darwin kan?), anda akan otomatis memiliki point 5 kalau nanti mau mengurus “permanent residence” sebagai independent worker

  9. peace says:

    Kebetulan saya juga tertarik belajar di darwin, tapi aksesnya agak sulit ya?

  10. monyetmerah says:

    Hi Yandra,

    Setuju, artikel ini aneh, bilang pelajar Indonesia kesulitan. Yah di mana-mana juga pasti ada kesulitan. Yang perlu dicheck itu apa pelajar-pelajar ini udah research apa aja yang dibutuhkan kalo study ke luar negeri.

    Apa tujuan mereka berangkat ke Australia, jadi pelajar, atau jadi pekerja gelap? Kalo cuman diiming-iming dengan sekolah murah, terus bisa kerja sampingan yah pasti aja bakalan kesusahan.

    Sekolah di luar negeri itu nggak murah, sekolah di Indonesia aja mahal, apalagi kalo di luar negeri yang semua kebutuhan perlu dibayar dengan standard kehidupan di sini.

    Bukan buat nakut-nakutin yang mau berangkat ke Australia, tapi coba dipikir dulu apa tujuannya. Research yang bener.

  11. yanky says:

    Semuanya kembali lagi pada diri sendiri. Mentalnya sudah siap belum untuk belajar, tinggal dan bersosialisasi di luar negeri (Australia). Kalau diri sendiri belum siap mental, mau tinggal dimana saja, sekolah dimana saja, kerja dimana saja, tetap saja akan mengalami kesulitan. Ini bukan hanya terjadi di Australia, tapi juga di Indonesia, dimana pelajar belajar dengan bahasa Indonesia, dan kawan-kawan kampus orang Indonesia.

    Sebaliknya, yang saya tahu dengan jelas dan kenal secara pribadi, ada ribuan mahasiswa Indonesia yang berhasil di Australia. Baik selama masih sekolah atau yang sudah lulus dan tetap tinggal dan bekerja disana. Sebagian malah banyak yang mengajukan PR (permanent resident) Australia untuk memperoleh keuntungan2 yang didapat dari negara Aussie. Tanya kenapa?

    Salam,
    yanky

  12. Indra says:

    susah jg y klo gt….

    tp saya jg pernah mendengar klo orang2 yang berketurunan chinese lebih d jauhin…

    kenpa bisa begitu y????

  13. Yang says:

    Wah, aku tamatan australia, dan sudah menetap di australia… rata rata 90 % teman asia. Emang lebih enak berteman dgn org asia ketimbang bule. soalnya bule tiap hari cuma tahu minum.. minum… minum .. dan mabuk tiap weekend… ada aja.. masak mau berteman ama org yg gituan, bukannya lebih bahaya? malahan org asia biasanya lebih enak diajak berteman, mungkin gara gara kebudayaan kali yg sama…

  14. yudi says:

    Bang..biaya study paling murah di aussi?

  15. Yandra says:

    Untuk Sdr. Peace…
    Akses ke Darwin sulit? Apa mungkin maksud anda karena jarang ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Darwin? Atau sulit dari proses pengurusannya? Kalau dari segi penerbangan langsungnya, mungkin ada benarnya.. tapi connecting flight dalam negeri Australia cukup baik..

    Untuk Sdr. Yudi…
    Biaya study paling murah… hmm itu bisa saya carikan informasinya. Tapi akan lebih baik kalau anda menentukan bidang studi yang diminati terlebih dahulu serta tingkatannya. Misalnya anda menentukan bidang studi marketing untuk tingkat S1 atau bachelor degree. Nanti dari situ saya bisa buatkan daftar program university dari harga termurah hingga termahal.

    Bagi yang ingin bertanya-tanya tentang studi di Australia, bisa saja langsung ke email saya di yoseph.yandra@mbapratama.com atau bisa juga ke situs kami http://www.mbapratama.com.

    Sori jadi sedikit promosi nih, tapi saya pikir biasanya semakin dalam tanya jawabnya, akan cenderung semakin pribadi sifatnya. Kalau email japri langsung kan jadi ada unsur privasi…

  16. yudi says:

    iya..aku mau college atau english course yang initnya aku mau kerja di sana..yang paliiiinnnng murrrahh ya bang..

  17. rizal says:

    kalau menurutku artikel diatas adalah suatu bentuk ungkapan perasaan dari pekerja ilegal yang berkedok visa student. karena minimnya pengetahuan bahasa dari penulis artikel diatas maka ia merasa dikucilkan . padahal menurut aku di ausie itu asyik kok bro ….pun begitu pula pribuminya yaitu suku aborigin . bulenyanya pun juga asyik kok bro …mereka juga nyadar kalau mereka juga tamu di benua australia….so tunggu apa lagi cepetan go to australia dan nggak usah dengerin artikel diatas yang seolah-olah hidup di dunia milik dia sendiri dasar wong alas sobo kuto dadine koyok bedes belek…….untuk info seputar autralia spesial brisbane this my email bucekdeep19@yahoo.co.id

  18. senda says:

    sebener nya artikel diatas ada benarnya, asal itu di tulis dengan fakta2 yang ada… karena penulisan itu based on experince. jadi baik buruk itu sangat relatif, kita tentunya sharing kan ingin berbagi pengalaman, yang mungkin bisa membantu bagi yang lain. dan tentunya bukan pengalaman yang manis2 aja yang di butuhin justru kita akan belajar lebih dari2 hal2 yang pahit. tp bukan berarti kemudian parno trus kemudian mimpi untuk berhasil pergi gitu aja….

    mikir yang simple aja dah ” kl yang lain mampu, kita juga pasti mampu”

    jadi harusnya kl dari artikel di atas da yang kurang sesuai mohon dari senior ngasi petunjuk gmna caranya untuk mengatasi permasalahan di atas… aku pikirt itu lebih berguna….

    kl boleh mau nnya

    menurut pengalaman/pengetahuan cuaca paling ekstrem di ausie spt apa sech?
    trus kl g pake bea siswa untuk jaminan pengurusan visa kira2 butuh dana sampai berapa?

    my point of view…

  19. kurniawan says:

    baguslah ada artikel kayak gini, karena persis yang aku rasakan maupun teman2ku rasakan.
    ada beberapa orang datang ke australia,,,
    1. dia benar2 datang untuk belajar dan jelas meraka punya modal yang kuat tanpa kerja mereka masih bisa hidup mewah,
    2. mereka datang benar2 untuk bekerja, dan yang
    ke-3. meraka datang belajar+kerja, karena selain mereka kerja dgn 20 jm/mnggu meraka juga harus memikirkan belajarnya, ini yang membuat meraka jd kurus..

    menurutku sebelum kesini pikirkan yang matang2 sebelum melangkah, jika niatnya belajar persiapkan materinya dan bahasanya terutama. jika niatnya bekerja itu lebih bagus karena banyak pekerjaan yang menunggu anda, jika anda di sini belajar+kerja sebaiknya pikirkan lagi tp jika masih ngotot bawa pacar ato istri itu akan membuat lebih ringan beban anda..thanks

  20. Fahmi salim says:

    Saya sekarang berada d sydney, sdh 2 tahun dan yg d Tulis artikel d atas Benar2 rekayasa sang penulis right ? Lost in the jungle? Gak bisa bergaul dengan bule ( kbangetan ini, justru bule sini g pandang2 siapapun anda dia friendly, brarti si student nya yg bermasalah di pergaulan) sy visa student, tetep kerja FULLTIME $800 sampai sekarang bahkan Weekend pun saya kerja klo mau ! Jadwal study saya banyak ( jangan di tanya) tp tetap saya selesaikan , so ?? Pintar2 kita aja dsini !!! Kebanyakan yg smart and rajin Semua student dsini kerja fulltime om, tante, klo cm 20 jam sih buang2 waktu nm nya dan bisa jadi ada indikasi MALAS, apalagi ya , oya bekerja dengan system cash in hand ga masalah, buat 2nd job. Apalagi itu ampe g bisa makan ?? Waduh ini penulis pernah ksini belum ya ? Kok norak bahasan nya. Kejauhan klo sampe sapi perahan sih om, tante.. Kasihan deh Klo sampai termakan ulasan ini. Cheers

  21. annisa says:

    rata2 kalau mahasiswa yang kuliah sambil kerja di australia itu mereka krja apa aja ya ka?
    dan kalau mahasiswa yang kuliah di sana karena beasiswa apa perlu kerja lagi di sana? bukanya kalau yang studi disana karna beasiswa itu udah dapet uang saku?
    please info.a ya kaa..

Comment on “Belajar di Australia”.

RSS
RSS feed
Email

Copyright Indonesia Matters 2006-2023
Privacy Policy | Terms of Use | Contact